Belopa, Aksara.News — Jurnalis Luwu Communitiy (JLC) Jumat (14/8) kembali menggelar seri diskusi publik, yang dilaksanakan di Warkop Wija To Luwu (WTL) Belopa Utara. Diksusi tersebut membedah tentang Nasib Pendidikan di Luwu di era Pandemi Covid-19, menghadirkan narasumber Sekretaris Dinas Pendidikan Luwu Drs Muhammad Yusuf M.Pd dan dua orang pakar pendidikan di Luwu.
“Ada keresahan orang tua yang tidak bisa kita nafikkan dengan proses belajar mengajar daring atau online. Hal inilah yang kita angkat di permukaan dalam sebuah diskusi santai di warung kopi, tetapi dengan tetap menghadirkan nara sumber yang kami anggap bisa menjawab keresahan tersebut, ” Ungkap Sekretaris JLC Luwu Andrie Islamuddin.
Sekretaris /dinas Pendidikan Luwu, Muhammad Yusuf, dihadapan beberapa orang tua siswa, insan pers, dan pengurus Ormas, selaku peserta diskusi, mengungkapkan, sejak Pandemi Covid-19 merebak Maret lalu, menuntut membuat guru dan peserta didik terlibat proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring/online, dan saat ini tengah diupayakan untuk kembali dilaksanakan pembelajaran tatap muka kembali.
“Kita memang menerapkan PJJ secara daring sejak pandemi Covid-19. Tetapi ada beberapa keluhan yang dihadapi orang tua siswa menghadapi belajar online, diantaranya mereka tidak punya cukup waktu mendampingi putra putrinya karena alasan bekerja, disamping itu ada yang mengeluhkan belajar online sangat tidak nyaman. Untuk itulah kita sudah mulai menguji coba untuk melaksanakankan kembali pembelajaran secara tatap muka secara terbatas, dimana siswa baru datang hanya untuk mengambil tugas lalu kembali kerumah mengerjakannya,” Ungkap Yusuf.
Dalam diskusi yang dipandu wartawan Tekape Biro Luwu, Ilham Syam, Dosen FTIK IAIN Palopo, Dr. A.M Ajiegoena, M.Pd, mengatakan, dengan adanya Pandemi Covid-19, justru membantu mempercepat transformasi pendidikan, dimana proses pembelajaran tatap muka yang ortodoks, kini menuntut sentuhan digitalisasi dan penerapan e-Learning.
“Kami memaklumi banyak keluhan dari guru maupun orang tua siswa tentang belajar daring. Tetapi sesungguhnya era digitalisasi tidak bisa kita nafikkan lagi. Pembelajaran e-Learning akan menjadi sesuatu yang nyata mulai hari ini. Untuk itu dituntut kesiapan guru. Kesiapan literasi seorang guru tentang belajar dengan penggunaan teknologi digital, ddemikian pula kesiapan orang tua siswa.
“Model pembelajaran e-Learning sesungguhnya sudah lama diterapkan di beberapa negara maju, ” Kata Ajiegoena.
Sementara itu, narasumber lain, Direktur Zidane School, Muhammad Ashar Sabry, mengatakan, Pandemi Covid-19 ini tidak boleh menafikkan hak-hak pendidikan warga negara sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang. Dan pihaknya sangat setuju pembelajaran online diterapkan. Hanya saja dalam rangka pembentukan karakter peserta didik tidak sepenuhnya pembelajaran diserahkan pada metode digitalisasi.
“Putra putri kita membutuhkan keteladanan dan menumbuhkan sikap-sikap baik serta empati dalam dirinya, itu tidak bisa diambil alih oleh teknologi digitalisasi dunia pendidikan. Disamping itu, pemerintah juga harus memikirkan dalam kaitan anak-anak yang menghabiskan waktu belajar dengan metode daring atau virtual, karena disana ada ancaman kesehatan bagi anak-anak, seperti radiasi terhadap mata, belum lagi ancaman pornografi dan kekerasan yang ditampilkan smartphone mereka, ” Kata Ashar Sabry.
Turut hadir dalam Seri Diskusi JLC, Ketua Ormas KNPI luwu Irwan Saputera Pajerih, dan Ramlan SIP, yang memberikan banyak pertanyaan seputar kesiapan dunia pendidikan di Luwu menghadapi Pandemi Covid-19.
“e-Learning oke, tetapi pembentukan karakter siswa yang diperankan guru juga harus dilaksanakan. Harusnya Pemkab Luwu fokus didunia pendidikan. Berapa komitmen anggaran pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan, jangan sampai alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN/APBD justru hanya untuk sektor fisik atau pengadaan batu bata. ” Kata Ramlan seraya menambahkan pihaknya salut JLC intens menggelar diskusi seperti ini. (sal)